Tidak hanya sapi, kambing pun dapat dibudidaya susunya. Kelompok Tani Makmur Desa Jugo, Kecamatan Kesamben,Kab. Blitar mengembangkan perah susu itu dari kambing Etawa.
Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, termasuk sentra peternakan kambing Etawa. Sebagian besar penduduknya yang petani memiliki kerja sampingan memelihara kambing blasteran Australia itu.
Seperti yang dilakukan Andy Mulya Mashur Kuncuno. Pria berumur 30 tahun ini telah bergelut dengan wedhus Etawa sekitar 5 tahun. Di belakang rumah yang bercat krem tersebut, bapak satu anak ini memelihara 28 ekor Etawa. Untuk menampung jumlah kambing cukup banyak itu Andy menyediakan kandang berukuran 8,5 x 7 meter di belakang rumahnya.
Andy yang juga pegawai Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Blitar ini membentuk kelompok tani bersama 45 orang. Kelompok itu diberinama Tani Makmur. Mereka memelihara kambing Etawa karena tergiur dengan harga susu kambing yang cukup mahal. Sedangkan biaya produksi atau memelihara cukup murah. “Kalau dibandingkan dengan susu sapi, keuntungan sangat besar susu ini,” kata Andy.
Harga susu Etawa per liter mencapai Rp 40 ribu. Sedangkan susu sapi hanya berkitar Rp 3 ribu. Untuk biaya produksi setiap ekor hanya menghabiskan Rp 3.000 untuk pakan tambahan per harinya. Sedangkan pakan lain seperti rumput, mereka tidak membeli. Satu ekor Etawa dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari dengan pemerasan sehari dua kali. “Jika dihitung sangat untung. Pakan tidak sulit dicari, seperti kambing biasa,” jelasnya.
Agar mendapatkan susu yang berkualitas, Andy tidak hanya memberi rumput atau dedaunan, tetapi diberi makanan tambahan. Seperti tepung kedelai, tepung jagung, tapioca dan makan tambahan itu harganya sangat murah sekitar Rp 2.800 per kilogram. Untuk satu ekor kambing Etawa ini cukup membutuhkan seperempat makanan tambahan setiap hari. Dan pemberian makanan pun cukup sehari dua kali. “Itu susunya sudah banyak,” ujarnya.
Kendati dirinya memiliki 28 ekor kambing terdiri dari 18 betina dan 10 cempe atau anak kambing, tetapi yang baru produksi hanya empat ekor. Namun, Andy mengaku, dengan empat ekor itu sudah mendapatkan keuntungan bersih dari susu sekitar Rp 1,5 juta per bulan. Sedangkan biaya pakan hanya Rp 250 ribu per bulan. “Kondisi tersebut juga hampir sama dengan anggota kelompok tani makmur,” katanya.
Keuntungan itu bisa berlipat-lipat jika cempe yang jantan dijual, bisa laku sampai Rp 750 ribu umur lima bulan. Sedangkan untuk pakan, tidak membutuhkan biaya. Karena mencari bisa mencari dedaunan. “Kalau jantan tidak perlu pakan tambahan,” ujarnya.
Namun sayang sampai saat ini pihaknya masih kesulitan dalam pemasaran. Sebab, susu kambing belum familier di masyarakat. Sekarang, kelompok tani hanya memasarkan dengan system dari mulut ke mulut. “Untuk sementara promosinya lewat teman-teman,” ungkap Marsaid, 35 tahun salah satu anggota kelompok tani makmur.
Susu kambing ternyata memiliki beberapa kelebihan dibanding susu sapi. Di antaranya, susu kambing lebih mudah dicerna dibanding susu sapi. Karena butiran lemak dalam susu kambing lebih kecil dan homogen. “Susu kambing tercerna setelah 20 menit, susu sapi 8 jam,” jelas Marsaid.
Selain itu lanjuta Andy, susu kambing diyakini bisa menambah vitalitas dan meningkatkan daya tahan tubuh, bisa dikonsumsi untuk balita kurang dari setahun. Susu kambing memiliki zat kebal dan anti oksidan yang penting dalam tubuh. “Pokoknya susu kambing merupakan susu kesehatan yang alami, karena meski diminum tanpa dimasak tidak masalah,” kata Andy.
Sumber artikel : VHRmedia.com
No comments:
Post a Comment
THANKS YA DAH COMMENTS.ADA PERTANYAAN YANG LEBIH MENDALAM HUBUNGI PA SYAUQI DI 081384202130